Kameraa ohh kameraa
Dulu sempat ramai trend pakai filter dari (roll) film zaman dulu di instagram. Aku sok sokan tidak mau ikutan, kalaupun memang ingin upload foto dengan hasil yang vintage seperti menggunakan roll film, ya harus pakai roll film beneran, pikirku ngeyel.
Tapi saat itu, aku juga belum tau itu makek e gimana, beli kamerane dimana, beli roll film e dimana, dan ternyata hasile juga harus dicuci, tapi bukan dicuci pakai detergen lo yaa, apalagi dimasukkan laundryy, hadehh.
Sampai pada satu waktu, saat aku dan temanku jalan jalan ke Pasar Legi. Saat itu fokusku teralihkan saat melihat beberapa kamera lusuh berjejer dipajang. Aku dan temanku coba coba untuk mengecek apakah masih bisa digunakan. Untuk ngetesnya sebenarnya mudah, asal masih bisa kebuka apa ya namanya, intinya bisa untuk cahaya itu masuk ke dalam kamera. Awalnya penjual itu menawarkan dengan harga 30 ribu, itu borongan 6 kamera. Tapi setelah dicek, dan barangnya masih bisa dipake, harganya berubah, 1 kamera dibanderol menjadi 30 ribu, fakkmenn kata guwee tehh. Akhirnya setelah nego nego, perkamera dihargai 15 ribu saja. Aku beli 1 dan temanku juga beli 1.
Setelah sampai dirumah, dan dibelikan baterai, punya temanku bisa nyala, flash juga nyala. Eeee la kok punyaku malah gabisa nyala, flash juga ikutan gak nyala. Yaa nasib beli barang bekas di pasar, gambling. Akhirnya kamera punyaku tidak nyali, ehehe sedih, eh haruse huhuhu dingg.
Kemudian setelah beberapa lama, aku kembali mencoba mencari kamera analaog lagi, tapi yaa yang masih kamera poket, belum yang profesional, ya karena masih dengan budget yang terbatas. Setelah berkeliling aku menemukan 1 kamera yang masih mulus, dilihat dari body luar masih mulus, dalemannya juga bersih, dicoba pakai batre juga mau nyala, flash juga nyala, akhirnya aku angkut dengan harga 40 ribu saja. Alhamdulillah, akhirnyaa, setelah itu aku mencari roll film di internet, nama tokonya itu Canail lab, tempatnya di Jogja, di daerah Demangan spesifiknya.
Roll film pertamaku itu aku beli kodak, ya masih minta uang sama Ibuk dengan alasan gausah beli baju buat lebaran, tapi beli roll film aja. Untuk hargane itu 170 ribuan kalo ga salah, dan untuk cuci dan scan itu 50 ribu, harga yang sebenarnya standar. Setelah mendapatkan roll film itu aku mencoba memotret momen momen lebaran saat mudik ke rumah simbah. Oiya 1 roll film itu isinya macem macem, ada yang 27 ada yang 36, kebetulan punyaku itu yang 36. Gilakk, 220 ribu hanya untuk 36 fotoo wkwk, tapi sebanding dengan hasil yang diperoleh sihh, selama film e ga kebakar, ga gosong yaa aman amann ajaa ehehe.
Untuk ke depannya mungkin aku masih akan mengulik kamera analog, dari yang point and shoot, yang tinggal langsung jepret, atau yang slr, yang harus ngatur ngatur sendiri, pokoke manual lah. Yang pasti bermain kamera analog itu menyenangkan. Dengan keterbatasannya, dengan ketidaksempurnaan hasilnya, kamera analog menawarkan nostalgia masa lalu bagaimana orang orang di masa lalu mengabadikan momen, sabar dalam berproses, karena harus beli film, masang film, tidak boleh dibuka sembarangan, harus nunggu nyuci, scan, dll, ribet dehh pokoknyaaa, tapi akuu sukaaa, ehehe.
Oiya, hasil jepretanku pake kamera analog bisa dilihat di instagramku https://www.instagram.com/_somethingbetweenus_/
Komentar
Posting Komentar