Saved by Mas Slamet

Beberapa waktu yang lalu, temanku dari Nganjuk datang. Kemudian setelah bertemu dan mengobrol sedikit, temanku mengajak ke rumah Mas Latif, untuk sekedar ngopi, oiya Mas Latif ini dulu punya kedai kopi yang dulu aku dan temanku sering berkunjung, tapi karena ada beberapa hal, kedai Mas Latif tutup, jadi jika mau ngopi, bisa langsung ke rumahnya.
Waktu itu pukul 9, dan sedikit gerimis, setelah Mas Latif ku hubungi, ternyata dia ada dirumah, langsung saja aku dan temanku bergegas, dengan mata sedikit kriyip kriyip karena ketampon gerimis akhirnya tiba juga. Sesampainya disana, aku memesan kopi seperti biasa, arabica long black  anjai sok sok an tenan. Mas Latif ini baik, aku di ajari membuat kopi sendiri, mulai dari menimbang berapa gram kopi yang diperlukan, kemudian menggiling kopi, terus apa ya namanya aku lupa, yang itu lo, setelah di grinder terus di ratakan lalu di encepkan di mesin press, nah itu lah pokoknya, yang pada akhirnya sampai kopi bisa tersaji dengan sempurna. Kemudian kami berbincang cukup lama. Waktu menunjukkan pukul 00.30, sudah terlalu larut, setelah itu kami memutuskan untuk pamit, karena mau beristirahat, dan saat mau dibayar, Mas Latif nggak mau, wah lumayan kopi gratis nihh ehehe, lalu pulanglah kami, saat itu hujan, jadi kami memakai mantol. Di tengah perjalanan, perutku terasa lapar, karena waktu sudah larut, warung warung sudah banyak yang tutup tentunya, tapi aku ingat, ada warung nasi goreng di Cokro yang biasanya masih buka sampai pukil 2, aku memutuskan ke sana. Sesampainya disana, ehh laa kok sudah tutup. Dengan sedikit kecewa, aku memacu motorky menembus titik titik hujan dini hari itu. Temanku tidak kelaparan, jadi dia memutuskan untuk istirahat saja, dan aku melanjutkan misi untuk mencari warung makan, aaaa lengipppp. Setelah kuantar temanku, aku menuju arah barat, arah Jatinom, jalan provinsi, biasanya di lalui truk truk pasir dan armada besar lainnya. Untungnya, sebelum sampai Jatinom, baru di Majegan, hik Mas Slamet masih buka, alhamdulillahhh, ucapku. Kulihat dari atas motor, menunya masih komplit, masih ada beberapa bungkus nasi, gorengan, sundukan, dan snack pendukung lainnya. Kemudian aku memarkir motor dan memesan teh hangat kepada Mas Slamet. Nasinya bermacam macam, ada nasi bandeng, nasi teri, dan nasi da ria eheheh, bukan bukan, nasi belut ding, aku mengambil nasi bandeng 2 dan nasi belut 1. Dengan mengambil tahu susur sebagai lauk tambahan, aku begitu menikmati sajian sederhana itu, terasa nikmat sekali, oiya ini hujannya makin deras. Kemudian Mas Slamet, mengajakku mengobrol, sekedar basa basi, Mas Slamet ini pakai baju gondil, lhoo, aku iseng bertanya, "apa nggak dingin mas, hujan hujan pake baju gondil", "enggak, sudah terbiasa", jawabnya datar. Hik Mas Slamet ini hik langganan tetanggaku, sebelumnya beberapa kali diajak oleh tetanggaku, tapi belum sempat ngobrol sama Mas Slamet nya. Kemudian hampir 2 jam kami mengobrol, lalu aku mengambil nasi 1 lagi, sepertinya aku betul betul lapar malam itu. Setelah selesai makan dan mau pulang, Mas Slamet juga mau tutup, agak sepi, karena hujan, biasanya ada beberapa tukang sayur yang mampir sebelum ke pasar, tapi karena hujan, ya tidak ada yang mampir. Terimakasih, Mas Slamet, malam itu sudah menyelamatkanku dari kelaparan dan kaliren, kemudian mengantarkanku tidur dengan nyenyak ((tetep sulit tidur ding, ehehe)).

Stay eling lan ngangkring !!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lulus UKM tapi belum lulus kuliah

Sepeda? Yuhuuu....

Tempat duduk